Atasi Masalah Sampah Aktivitas Logistik Ikan dan Pelabuhan, Dosen Pulang Kampung IPB Latih Penerapan Insenerator di Tanjung Luar, NTB
Atasi Masalah Sampah Aktivitas Logistik Ikan dan Pelabuhan, Dosen Pulang Kampung IPB Latih Penerapan Insenerator di Tanjung Luar, NTB
Tim dosen pulang kampung IPB University yang terdiri dari Dr. Mustaruddin (Ketua), Dr. Iin Solihin, Prof. Gondo Puspito, dan Dr. Fis Purwangka melatih dan mensosialisasikan teknologi insenerator tepat guna kepada pelaku logistik ikan di kawasan PPI Tanjung Luar, NTB. “Kegiatan dimaksudkan supaya nelayan, pengolah/pedagang ikan, dan usaha jasa logistik mampu mengatasi permasalahan sampah aktivitas logistik ikan dan pelabuhan”, ujar Dr. Mus yang juga Sekretaris Prodi Logistik Agro-Maritim (LOG), Sekolah Pascasarjana IPB University. Agenda utama kegiatan dilaksanakan pada tanggal 31 Juli dan 1 Agustus 2024. Kegiatan juga melibatkan mitra dari Kelompok Nelayan Pesisir Bangsal, Lembaga Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (LP UKM) Tanjung Luar, Perwakilan Pelaku Jasa Logistik Keruak, Kelompok Pemuda Masbagik, dan unsur pengelola pelabuhan perikanan.
Ada tiga tahapan yang dikembangkan dalam pelatihan dan sosialisasi tersebut, yaitu review aktivitas logistik ikan, pengendalian lingkungan dan potensi sampah logistik di pelabuhan perikanan, serta inovasi teknologi insenerator tepat guna. Pada tahap review aktivitas logistik, diterangkan bahwa aktivitas logistik ikan harus dilakukan dengan prinsip-prinsip yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan, terutama pada penangkapan ikan sebagai sektor hulu aktivitas logistik ikan. Hal ini penting karena “penangkapan ikan merupakan penentu timbulnya berbagai aktivitas ekonomi perikanan dan jasa logistik ikan di kawasan pelabuhan perikanan”, cetus Prof Gondo. Selanjutnya Dr. Iin yang juga dosen Prodi LOG menerangkan pentingnya pengendalian terhadap kondisi lingkungan pelabuhan seiring dengan meningkatnya aktivitas logistik ikan. Menurutnya, lingkungan pelabuhan yang sehat dapat meminimalisir potensi pencemaran terhadap mutu ikan, mengurangi biaya penanganan limbah, dan memberi kenyamanan kepada semua pelaku logistik ikan di pelabuhan perikanan.
Terkait inovasi teknologi insenerator, Dr. Mus menyatakan bahwa insenerator adalah teknologi maju yang dapat diusahakan secara tepat guna. Pada tahap ini juga dilatih dan ditunjukkan bahwa insenerator dapat dibuat dari bahan-bahan sisa aktivitas logistik seperti drum bekas, sisa pipa, plat logam, dan tungku pemanas bekas. Untuk menghasilkan panas yang tinggi, teknik pembakarannya dipilih yang tertutup penuh (closed combustion). Struktur drum yang melingkupi dan berurat memudahkan pengembangan teknik ini. Teknik closed combustion dapat meningkatkan panas bakar hingga 800-1200oC, dan ini sangat membantu untuk mengolah sampah aktivitas logistik ikan dan pelabuhan yang biasanya basah, banyak sisa/potongan ikan, sisa jaring, fiber, dan plastik kemasan. “Ayo bapak/ibu, kita pasti bisa, insenerator itu ramah dan juga bisa menambah pendapatan”, timpalan Dr Fis yang mengampuh mata kuliah GSCM Komoditas Maritim di Prodi LOG.
Penerapan insenerator di pelabuhan mendukung kebijakan nasional tentang green logistic dan ecofishing port, serta sejalan dengan Agenda Pembangunan Berkelanjutan, khususnya SDG-3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDG-7 (Energi Bersih dan Terjangkau), dan SDG-12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).